Berjalan adalah aktivitas sehari-hari yang sering kita lakukan tanpa banyak berpikir. Namun, di balik setiap langkah kita, terdapat kerja sama yang rumit antara sistem gerak dan sistem saraf. Sistem gerak, yang terdiri dari otot dan tulang, bekerja sama dengan sistem saraf untuk menghasilkan gerakan yang terkoordinasi. Gerak merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan aktivitas (Parwata, 2021)
Sistem gerak manusia terdiri dari otot, tulang, sendi, dan ligamen. Tulang memberikan struktur dan dukungan, sementara otot menggerakkan tulang melalui kontraksi. Sendi adalah titik pertemuan antara dua tulang, yang memungkinkan pergerakan, dan ligamen menghubungkan tulang satu dengan yang lain untuk menjaga stabilitas sendi.
Sistem saraf terdiri dari otak, sumsum tulang belakang, dan saraf perifer. Otak dan sumsum tulang belakang membentuk sistem saraf pusat (SSP), yang berfungsi mengolah informasi dan mengkoordinasikan respons. Saraf perifer menghubungkan SSP dengan seluruh tubuh, termasuk otot-otot, memungkinkan komunikasi dua arah antara otak dan anggota tubuh.
Setiap langkah yang kita ambil dimulai dari otak, yang mengirimkan sinyal listrik melalui sumsum tulang belakang ke saraf perifer yang menginervasi otot-otot kaki. Sinapsis antara saraf motorik dan serabut otot memicu pelepasan neurotransmiter, yang menyebabkan otot berkontraksi. Proses ini melibatkan berbagai jenis otot, termasuk otot-otot kaki dan punggung bawah, untuk mengangkat dan menggerakkan kaki. Perkembangan motorik sudah terjadi pada anak usia dini yang perlu diperhatikan karena menentukan tahapan perkembangan selanjutnya. Keterampilan motoric kasar pada pada anak usia dini akan melibatkan penggunaan otot-otot besar dan mencakup aktivitas seperti berjalan, melompat, melempar, dan berlari (Saripudin, 2019).
Koordinasi gerak adalah hasil dari komunikasi yang efektif antara sistem saraf pusat dan otot. Otak kecil (cerebellum) memainkan peran kunci dalam mengkoordinasikan gerakan yang halus dan seimbang. Selain itu, sensor proprioseptif di otot dan sendi mengirimkan informasi tentang posisi dan gerakan tubuh ke otak, memungkinkan penyesuaian waktu nyata untuk mempertahankan keseimbangan dan kelancaran gerakan.
Beberapa gangguan dapat mempengaruhi sistem gerak dan saraf, mengganggu kemampuan kita untuk berjalan dengan lancar. Misalnya, penyakit Parkinson adalah gangguan neurologis yang mempengaruhi koordinasi gerak karena degenerasi neuron penghasil dopamin di otak. Multiple sclerosis, penyakit autoimun yang merusak selubung mielin di saraf, juga dapat mengganggu komunikasi antara otak dan otot, menyebabkan kelemahan dan masalah koordinasi. Stroke dapat menyebabkan kelemahan atau kelumpuhan pada satu sisi tubuh (hemiparesis atau hemiplegia), tergantung pada bagian otak yang terpengaruh (Ardiansyah, 2016). Hal ini mengakibatkan kesulitan dalam berjalan dan melakukan aktivitas sehari-hari. Kerusakan pada daerah motorik otak dapat mengganggu pengiriman sinyal ke otot, mengakibatkan kehilangan kontrol motorik yang halus dan koordinasi.
Olahraga dan aktivitas fisik sangat penting dalam menjaga kesehatan sistem gerak dan saraf. Latihan rutin meningkatkan kekuatan otot, fleksibilitas, dan daya tahan, yang mendukung fungsi optimal sistem gerak. Selain itu, aktivitas fisik merangsang pelepasan faktor neurotropik yang mendukung kesehatan dan plastisitas neuron, membantu menjaga fungsi otak yang optimal. Yoga adalah salah satu contoh aktivitas yang mendukung koordinasi gerak dan kesehatan sistem saraf. Selain yoga tedapat juga latihan keseimbangan, yang mana latihan ini akan memaksimalkan kemampuan seseorang mengendalikan organ-organ saraf dan otot (Palar, 2015)
Berjalan mungkin tampak sebagai aktivitas sederhana, tetapi di balik setiap langkah terdapat kerja sama yang rumit antara sistem gerak dan saraf. Pemahaman tentang anatomi dan fisiologi kedua sistem ini, mekanisme gerak, dan koordinasi yang diperlukan, membantu kita menghargai betapa canggihnya tubuh manusia. Meskipun gangguan dapat mengganggu kemampuan kita untuk bergerak dengan bebas, menjaga kesehatan melalui olahraga dan aktivitas fisik dapat mendukung fungsi optimal sistem gerak dan saraf. Dengan demikian, kita dapat terus menikmati kemampuan untuk berjalan dan bergerak dengan lancar dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis: Nadia Auliana Rahmi (XI IPA)
Referensi:
Ardiansyah, G., 2016. Intervensi Keperawatan Truncal Control excercise terhadap Fungsi Ekstremitas Atas, Keseimbangan, dan Berjalan pada Klien Pasca Stroke. Jurnal Ners, 11(2), pp.300-310.
Palar, C.M., Wongkar, D. and Ticoalu, S.H., 2015. Manfaat latihan olahraga aerobik terhadap kebugaran fisik manusia. eBiomedik, 3(1).
Parwata, I.M.Y., 2021. Pembelajaran gerak dalam pendidikan jasmani dari perspektif merdeka belajar. Indonesian Journal of Educational Development (IJED), 2(2), pp.219-228.
Saripudin, A., 2019. Analisis tumbuh kembang anak ditinjau dari aspek perkembangan motorik kasar anak usia dini. Equalita: Jurnal Studi Gender Dan Anak, 1(1), pp.114-130.
0 comments:
Posting Komentar