Kamis, 11 April 2024

Guru Sudah Kencing Berdiri, Murid Jangan Kencing Berlarilah !

Oleh : Ni Kadek Suri Mariani ( Mahasiswa Asistensi Mengajar Undiksha 2024 )

Sebagai makhluk hidup yang paling sempurna manusia diberikan kelebihan bukan hanya mampu bergerak maupun bersuara tetapi juga mampu berpikir. Seperti yang telah kita ketahui, segala tindakan dan tingkah laku dimulai dari pikiran. Bahkan pikiran dapat mencerminkan karakter seseorang. Karakter yang bagus tidak akan didapat secara instan. Itulah mengapa sejak kecil bahkan sejak bayi masih berada dalam kandungan orang tua sudah berusaha untuk melatih perkembangan syaraf dan otaknya guna maksimalkan kecerdasan buah hatinya. 

Sejak usia dini si anak sudah diajarkan berbagai macam hal oleh orang tuanya, sehingga secara tidak langsung rumah dan orang tua adalah tempat pendidikan yang pertama. Hingga memasuki usia yang cukup untuk bersekolah, anak sudah mulai mengenal banyak hal dari lingkungan sekitar. Tugas orang tua tidak hanya dalam mendidik anaknya, melainkan orang tua juga bertugas dalam memenuhi kebutuhan si anak. Kesibukan dalam bekerja membuat orang tua mencari tempat lain dalam menumbuh kembangkan pengetahuan anaknya sehingga sekolah adalah solusinya.

Mahmud Ashari yang merupakan Kepala Seksi Hukum dan Informasi KPKNL Kisaran, menyebutkan ketika si anak sudah di bangku sekolah justru orang tua kerap merasa tidak percaya diri ketika mendampingi anaknya belajar. Biasanya si anak akan bertanya ini itu ke orang tuanya ketika ada PR yang di berikan oleh gurunya di sekolah. Mengapa orang tua merasa keberatan? Mahmud Ashari di dalam artikelnya juga menyebutkan bahwa hal ini terjadi karena orang tua cenderung sudah lupa dengan pelajaran yang di dapat di sekolah. Ini terjadi lantaran orang tua sudah menyelesaikan bangku sekolah bertahun-tahun silam. Itulah mengapa ketika si anak sudah duduk di bangku sekolah justru orang tuanya terkesan lepas tangan dan menyerahkan kewajiban mendidik kepada guru di sekolah.

Karena pendidikan adalah hal yang sangat penting, maka untuk menjadi seorang guru haruslah orang-orang yang berkualitas. Menurut Ahmad Tafsir, syarat-syarat untuk dapat menjadi guru harus diterapkan dengan tegas, terutama dalam penerimaan guru, karena bila guru sudah diangkat, memecat seorang bukan hal yang mudah. Sehingga pengetahuan yang jelas mengenai syarat-syarat menjadi guru dan penerapannya dalam upaya penerimaan guru adalah dapat dianggap sebagai suatu keharusan. Seorang guru harus melalui berbagai proses untuk bisa menjadikan seorang guru yang layak dan berkualitas. Harus menjadi sarjana pendidikan, mengikuti ujian profesi, sertifikasi dan lainnya tentulah bukan hal yang mudah. Untuk meraih profesi seorang guru jelas memerlukan waktu, biaya dan tenaga yang tidak sedikit. 

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar. Kata “mengajar” tersebut mengandung arti memberi pelajaran, tetapi dapat pula berarti melatih, dan memarahi yang diajar supaya menjadi jera, Muh. Akib. D (78). Sehingga secara tidak langsung dapat dipahami tugas seorang guru ialah mendidik. Siapa yang dididik? Tentu saja para siswa/siswi yang ada di sekolah tempat guru tersebut bertugas/mengajar. Tidak hanya mendidik muridnya agar memahami teori-teori atau ilmu pengetahuan berdasarkan kurikulum yang ada, seorang guru juga harus mendidik karakter sang murid.

Pendidikan karakter bukanlah suatu hal yang sederhana. Karakter adalah hal yang kasat mata tetapi jika nilai yang ditanamkan kurang baik akan dapat menimbulkan hal-hal yang kurang baik. Karakter dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang. Karakter yang kurang baik menjadikan seseorang berpotensi menjadi seorang kriminal bukan?
Melihat pentingnya sebuah pendidikan menjadikan tugas seorang guru menjadi sangat berat. Itulah mengapa guru harus menyiapkan mental yang bagus selama bertugas dalam mendidik. Rasa sabar dalam mendidik murid sangat diperlukan mengingat begitu banyak dan beragam watak dan karakter murid yang dididik disekolah.

Sudah bukan rahasia umum bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri sehingga dalam mengoptimalkan pengetahuan perlu bimbingan orang lain yang termasuk dalam kasus ini murid yang memerlukan bimbingan seorang guru. Kita semua juga mengetahui bahwa seorang murid sifatnya adalah imitasi (meniru) karena masih berada pada usia yang belia. Murid masih ada pada tahap mencari jati diri, masih harus belajar mana yang baik dan mana yang tidak baik. Sehingga tidak heran muncul peribahasa “Guru kencing berdiri, murid kencing berlari” yang mengartikan bahwa segala tingkah laku guru secara plak ketiplak akan diikuti oleh muridnya. Oleh sebab itu guru wajib hukumnya mendidik muridnya dengan baik.

Pemerintah khususnya menteri pendidikan sudah mengupayakan berbagai macam cara untuk menciptakan kegiatan sekolah yang kondusif dan efisien. Salah satu upaya yakni menerapkan aturan-aturan atau disebut tata tertib di sekolah. Semua hal seperti jam belajar, materi pembelajaran berdasarkan kurikulum, maupun penggunaan seragam sekolah yang sudah ada aturan resminya. Adanya sebuah aturan berarti wajib untuk ditaati. Untuk mencapai kedisiplinan tersebut tentu saja diperlukan upaya yang maksimal. Harus ada yang memberikan contoh kepada murid, yang tidak lain adalah guru. Ketika seorang guru sudah datang tepat waktu ke sekolah, sudah memakai seragam yang rapi, sudah mendidik dengan sangat baik pasti akan menciptakan situasi sekolah yang disiplin. Karena sifat anak kerap meniru maka contoh-contoh baik harus secara berkala dicontohkan. Ketika ada kegiatan di sekolah seperti adanya perayaan ulang tahun sekolah, tentunya akan lebih meriah jika dibuat suatu kegiatan seperti lomba ditingkat sekolah. Dalam kegiatan yang seperti itu tidak luput dari partisipasi guru, pada kegiatan tersebut guru bisa saja mencuri peluang untuk mengasah kemampuan siswa seperti bagaimana cara menulis suatu karya tulis. Dalam perlombaan ini guru bertugas sebagai juri lomba yang membimbing sekaligus mengevaluasi pekerjaan atau karya dari murid/peserta lomba. Sehingga tugas guru tidak hanya terlaksana ketika jam belajar di dalam kelas, tetapi melatih keterampilan dan pengetahuan murid juga dapat dilakukan di luar jam belajar di dalam kelas.

Sudah berbagai macam cara yang dilakukan guru dalam mendidik murid, seharusnya hasil didikannya dapat menghasilkan murid yang berkualitas serta memiliki karakter yang baik dan kemampuan pola pikir yang bagus. Karena hasil yang besar didapatkan dari hal-hal kecil yang dilakukan secara sungguh-sungguh untuk mendapatkan hasil yang diharapkan. Demikian juga dengan guru dapat mendidik murid dengan sepenuh hati agar tidak hanya orang tua murid yang diringankan dalam tugas mendidik anak tetapi juga pemerintah yang terbantu karena dari didikan guru tersebut akan mampu menciptakan anak bangsa, generasi muda yang berkualitas dan kompeten sehingga dapat memaksimalkan upaya untuk memajukan bangsa ini. Sehingga tak ayal kinerja guru layak untuk diapresiasi karena pendidikan bukanlah hal yang dapat dianggap enteng.

Daftar Pustaka
Muh. Akib D.2021.Beberapa Pandangan Tentang Guru. diakses dari https://ejurnal.iainpare.ac.id/index.php/alislah/article/download/1950/912/ pada 28 Maret 2024.

Mahmud Ashari. 2022.ARTIKEL DJKN
Orang Tua adalah Guru Pertama bagi Anak-Anaknya. Diakses dari 
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-kisaran/baca-artikel/13879/Orang-Tua-adalah-Guru-Pertama-bagi-Anak-Anaknya.html pada 28 Maret 2024

EdPenaMu

Author & Editor

0 comments:

Posting Komentar