Dalam rangka mendidik dan mencetak kader Muhammadiyah serta membumikan semangat berMuhammadiyah di kalangan Pendidik dan tenaga kependidikan di Perguruan Muhammadiyah Buleleng, mulai hari Jumat (8/3) hingga Sabtu (9/3) 2024, PDM Buleleng melalui Majelis Pembinaan Kader dan Sumber Daya Insani mengadakan Baitul Arqam Dasar yang mengambil tempat di Bedugul Tabanan tepatnya di Vila Lake View.
Kegiatan Baitul Arqam yang dilaksanakan selama dua hari ini bukan hanya dilakukan di dalam ruangan, tapi juga di luar ruangan berupa team building yang dimaksudkan untuk membangun kekompakan dan kebersamaan para peserta.
“tujuan diadakannya Baitul Arqam ini adalah ingin menyatukan visi, menyamakan paham serta membangun ideologi Muhammadiyah yang pada akhirnya akan bisa menjadi cara pandang, wawasan sikap dan tindakan kita untuk menterjemahkan visi misi Muhammadiyah kedalam setiap lingkup tugas yang melekat pada kita semua sebagai pelaksana pendidikan di Muhammadiyah,” ucap Dr. Wahyudi, S.Pd., M.Pd selaku Ketua Panitia sekaligus sebagai Ketua MPKSDI PDM Buleleng.
" Baitul Arqam kali pertama ini diikuti oleh 32 peserta dari pegawai dan guru SD Muhammadiyah Singaraja, SMP Muhammadiyah 2 Singaraja, dan SMA Muhammadiyah 2 Singaraja dan rencananya akan diadakan kegiatan yang sama bagi guru dan pegawai yang belum bisa digelombang pertama ini. Pemateri yang mengisi Baitul Arqam kali ini dari Pimpinan Wilayah Muhammadiyah dan Pimpinan Daerah Muhmmadiyah Buleleng." Imbuhnya saat menyampaikan laporannya.
Sementara Moh. Ali Susanto, S.Pd., M.Pd selaku Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Buleleng saat memberikan sambutan dan sekaligus membuka, menyampaikan beberapa hal yang sangat penting bagi seluruh peserta.
" inti dari ber-Muhammadiyah itu adalah teladan dan karya yang dirasakan oleh orang lain. Muhammadiyah dihajatkan bukan milik pribadi, melainkan dihibahkan untuk umat." Tegasnya saat membuka sambutan.
“Jadi kita ber-Muhammadiyah itu ya karena kita ber- Islam, kader Muhammadiyah itu kalau ditawari jabatan biasanya semua menolak dan tidak ada tradisi orang Muhammadiyah itu meminta-minta jabatan, tapi ketika ditawari pekerjaan, ditawari beramal bersama-sama, kita tidak akan menolak dan malah menawarkan diri,” ujar Moh. Ali Susanto.
Maka, tegas Moh. Ali Susanto, tidak ada kamus egois di Muhammadiyah. Tidak ada kamus merasa diri paling bisa. “Bayangkan Pak Ketua Majelis Dikdasmen pada saatnya harus ngangkat bumbu, mengangkat buah. Itu saya kira, tradisi dan kultur yang hanya ada di Muhammadiyah. Kita ini sudah kadung memilih untuk bersama-sama ada di lembaga yang namanya Perguruan Muhammadiyah. Supaya kita ini nyaman, tidak ada pilihan lain, kita berbaur, kita ikuti ritmenya, selanjutnya biarkan waktu yang membentuk sehingga kita tidak sekadar singgah tetapi jatuh hati dengan Muhammadiyah,” pungkas Ali Susanto.
Pada akhir kegiatan di hari Sabtu (9/3) 2024, seluruh peserta dengan semangat yang masih menyala mereka membuat Rencana Tindak Lanjut yang menjadi komitmen bersama untuk dapat dijalankan dan direalisasikan.
0 comments:
Posting Komentar