Kamis, 08 Februari 2024

Ujian & Kabar Bahagia Nabi Muhammad Di Kala Isra’ Mi’raj


Alhamdulillah hari ini kita bersyukur dapat memperingati Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW untuk kesekian kalinnya dalam setahun. Hal ini dikarenakan Allah SWT memberikan Kesehatan dan umur Panjang agar dapat digunakan dengan sebaik-baiknya yaitu menjadi hamba yang soleh serta solehah.

Isra’ Mi’raj adalah suatu pengalaman keagamaan yang sangat penting dan fenomenal bagi Nabi kita. Lebih dari itu, beliau juga memberikan banyak pelajaran bagi kita kaum muslimin agar benar-benar menghayati nilai-nilai dan norma-norma agama kita yang luhur.

Pada kisahnya, ada sebuah ujian yang dihadapi oleh Nabi Muhammad SAW, secara beruntun dalam tempo hitungan tahun. Saat Isra’ Mi’raj terjadi, Nabi Muhammad SAW sedang tertimpa sebuah cobaan dan ujian yang sangat berat. Dua orang yang berarti sangat penting bagi perjuangan Nabi dalam menghadapi sikap permusuhan kaum musyrikin Mekah meninggal dunia. Pertama, paman beliau, Abu Thalib, seorang tokoh yang sangat disegani oleh orang-orang Quraisy, dan yang mempertaruhkan segalanya untuk membela Nabi Muhammad SAW. Yang kedua, adalah istri beliau sendiri, Siti Khadijah, yang senantiasa setia mendampingi Nabi, memberikan dorongan semangat kepada Nabi, dan mengorbankan kekayaannya untuk mendukung perjuangan Nabi. Ini menjadi sebuah momen Tahun Kesedihan.

Dengan peristiwa Isra’ Mi’raj itu Nabi kita seakan-akan diingatkan agar jangan tenggelam dalam kesedihan. Allah SWT yang mengutus beliau untuk mengajarkan risalah Ilahi serta tidak akan pernah meninggalkannya. Allah SWT adalah pelindung dan pembela siapapun yang menegakkan kebenaran.

Perjalanan istimewa yang dijalani Nabi Muhammad SAW dalam sebuah peristiwa Isra’ Mi’raj memiliki sebuah kabar bahagia pula, sebuah komunikasi tawar menawar terjadi, antara Nabi dengan sang Khaliq. Bagi manusia, ternyata perjalanan Nabi disamping bertemu dengan sekian gambaran akibat perbuatan manusia, juga membawa tugas hidup yakni “sholat”. Kita tahu, semula 50 waktu, dengan perbincangan bersama salah satu nabi di langit kesekian sebelum nabi Kembali ke sidratul muntaha menghadap Allah kembali, lantas berkuranglah nominal waktu tersebut menjadi 5 waktu, yang hingga kini menjadi wajib disetiap kita menunaikannya. Hal ini tertuang dalam bagian akhir bacaan tahiyat di salam terakhir rakaat sholat. Dimana kewajiban sholat ini merupakan amalan terpenting dalam rangkaian ritual yang ada, bahkan dinyatakan “sholatlah amal yang pertama kali dihisab (dihitung), ia bisa menjadi jaminan kebaikan amalan lainnya.”

Itulah hikmah terbesar dari peristiwa Isro’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW, karenanya dari peringatan yang rutin kita lakukan satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah menilai Kembali berapa jauh manusia telah menjalankan tugas melakukan sholat itu ? Apakah sholat yang kita lakukan benar, tepat waktunya, memenuhi syarat rukunya, kita lakukan dengan penuh kekhusukan dan seterusnya. 

Semoga peringatan Isra’ Mi’raj  tidak menjadi sekedar ceremonial semata, namun justru sebagai tonggak untuk berpijak melakukan sholat dengan lebih baik lagi. Aamiin.

By : Ahmad Fajarisma

fajar007.blogspot.com

Author & Editor

0 comments:

Posting Komentar