Sebuah Kontemplasi Diri
(Edy Suprayitno)
Ketika Pandemi COVID 19 masih dan sedang menyerang, sungguh kita tidak bisa berbuat apa-apa. Segala aktifitas kita benar-benar sangat dibatasi dan diatur oleh COVID 19. Nyaris semua aktifitas kita lakukan dirumah. Untuk para siswa belajar di rumah. Untuk para pengajarpun harus mengajar dari rumah yang tentunya sangat sulit sekaligus memberikan didikan terkait akhlak dan moral karena tidak bertatap muka.
Selama Pandemi Covid 19 secara tidak langsung kita khususnya para siswa dipaksa hanya beraktifitas sangat terbatas dan tidak ada sentuhan-sentuhan orang tua apalagi guru untuk mengingatkan hal-hal yang berhubungan dengan kedisiplinan apalagi adab dan akhlak.
Kini setelah Pandemi COVID 19 menghilang yang sudah nyaris 2 tahun, dan kita khususnya dunia pendidikan sudah boleh melakukan aktifitas full di sekolah dengan berbagai aktifitas dan programnya, seakan berjalan masih dengan ritme seperti di masa Pandemi COVID 19 masih menyerang.
Budaya disiplin yang harusnya menjadi modal dan kekuatan utama didunia pendidikan seakan terkikis nyaris habis, baik di diri guru yang seharusnya menjadi tauladan apalagi didiri para peserta didik. Kesolehan seorang anak terhadap orang tua khususnya di sekolah seakan-akan menguap tanpa bekas. Hidup bagaikan sendiri hanya bertemankan HP atau TV.
Kesigapan dari seorang siswa saat ditugaskan oleh gurunya yang dulu sangat khas dari zaman ke zaman, kini hanya tinggal kenangan. Betapa tidak, jika zaman dulu atau sebelum Pandemi COVID 19 terjadi, masih sering terjadi ketika siswa diberikan tugas atau amanah akan dikerjakan dengan sangat serius dan menjadi sebuah kehormatan karena diberi amanah dan dipercaya oleh gurunya untuk melaksanakan tugas tertentu. Namun paska Pandemi COVID 19, semuanya lenyap. Tidak ada lagi siswa yang bangga dan dengan serius melaksanakan tugas atau amanah yang diberikan oleh gurunya. Sangat jarang dan nyaris tidak ada siswa yang justru dipercaya dan bahkan sudah dianggap mampu untuk menyelesaikan suatu program atau kegiatan padahal sarana dan prasarana sudah ada dan siap pakai, namun hasilnya akan diam, sunyi dan akhirnya terlupakan.
Pun kondisi itu terjadi di kalangan para pendidik dan pengajar itu sendiri. Masih sangat mudah ditebak, dimana kondisi menunda-nunda kerap terjadi dan akhirnya terlupakan yang efeknya mempengaruhi performa kegiatan lainnya yang berhubungan.
Akhirnya, ini salah siapa?
SALAH kita semua, yang tidak mau secara cepat menyadari kondisi yang akan diakibatkan oleh Pandemi COVID 19 yang membelenggu kita nyaris 3 tahun kemarin. Kita tidak peka dan tegas dengan diri kita sendiri agar kembali dengan semangat dan karakter pendidikan kita yang di dasari dengan semangat DISIPLIN dan AKHLAK yang tinggi.
0 comments:
Posting Komentar