Semasa kecil, saat awal mengenal dan belajar puasa Ramadan, kita diperkenalkan pada satu hal oleh guru atau orang tua kita sendiri. Bahwasanya, di bulan Ramadan, setan-setan dibelenggu dan dikurung oleh Allah SWT.
Perihal setan yang dibelenggu selama bulan Ramadan ini, merujuk pada hadits:
“Apabila bulan Ramadan tiba, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu."
Hadits ini diriwayatkan Imam Muslim dari Yahya bin Ayyub, Qutaibah, dan Ibnu Hajar. Mereka meriwayatkannya dari Ismail bin Ja‘far, dari Abu Suhail, dari ayahnya, dari Abu Hurairah dari Baginda Nabi SAW. (Mengutip)
Kemudian, yang kita ketahui, setan dibelenggu agar tidak menggoda orang yang berpuasa sehingga mereka bisa fokus beribadah selama bulan suci Ramadan.
Namun, pertanyaan lain muncul. Pertanyaan ringan, unik, namun penting dicarikan jawabannya: Mengapa di bulan Ramadan masih banyak saja manusia yang maksiat dan mengumbar syahwat?
Tak hanya itu, kita sering tahu melihat berita masih ada saja kasus-kasus asusila, tindakan korupsi, mencuri, dan perbuatan tercela lainnya, yang ini bahkan dilakukan oleh orang muslim sendiri. Sungguh miris.
Sebagaimana diketahui, zaman Al-Qur‘an diturunkan mereka senantiasa dihalang-halangi mencuri tahu wahyu yang turun. Itu terjadi antara lain demi menjaga keotentikan wahyu. Mungkin pula hadits ini bermakna, pada bulan Ramadan setan tidak terlalu leluasa menggoda manusia layaknya pada bulan-bulan lain karena kesibukan mengaji, sholat traweh, dan sebagainya.
Dengan demikian, istilah “dibelenggu” menjadi ungkapan atas kelemahan setan menyelewengkan, menggoda manusia, dan memperindah keinginan syahwat manusia.
Kemudian, pembelengguan setan tidak berhubungan langsung dengan keburukan dan kemaksiatan manusia. Sebab, dalam diri manusia masih terdapat pemicu atau pendorong keburukan lain, yakni nafsu, kebiasaan buruk, dan setan manusia. Adakalanya, tanpa setan, kebiasaan buruk akan mendorong manusia untuk berbuat buruk. Saat tidak dibelenggu pun, setan hanya mendorong dan memperindah keburukan.
“Menurut hemat saya, maksud ‘dibelenggu’ di sana adalah (kiasan). Maknanya, wallahu a‘lam, Allah senantiasa menjaga kaum Muslimin yang taat di bulan Ramadan dari godaan setan sehingga mereka mampu menghindari kemaksiatan. Dengan begitu, setan tidak leluasa menggoda mereka yang berlainan halnya dengan bulan-bulan di luar Ramadhan,”
Dengan demikian, pengertian setan dibelenggu dalam hadits tersebut tidak dapat dimaknai sepenuhnya secara harfiah. Banyak ulama hadits bahkan menafsirkannya secara kiasan. Artinya, setan terbelenggu dan terbatasi ruang geraknya oleh orang-orang yang berpuasa dengan senantiasa memenuhi syarat, rukun, dan adabnya. Pada saat yang sama, Allah memelihara mereka dari perbuatan tercela.
Oleh karena itu, mari kita berusaha untuk menjauhi kebiasaan buruk, menjauhi manusia setan, dan mengendalikan nafsu yang kerap ditumpangi setan jin dalam menyesatkan manusia. Jangan lupa memohon perlindungan kepada Allah SWT dari keburukan makhluk terkutuk itu.
By : Ahmad Fajarisma
0 comments:
Posting Komentar