Saya menulis dengan spontan mengambil judul yang tidak enak jika dilihat sepintas. Semoga saja saat mendalami membaca, niscaya akan nikmat memaknainya.
Ada tahun baru, karena kita terpola dalam pikiran bahwa angka yang bertransformasi dari 2022 menjadi 2023. Saya kira dari tahun ke tahun yang pasti terjadi dalam bentuk ujud adalah perubahan usia, raga, fisik, bahkan jiwa.
Tahun baru ya begitu saja, simbolnya petasan menggelegar terdengar dimana-mana. Menanti detik, menit, jam dari 31 Desember 2022 sampai tiba 1 januari 2023.
Lantas, mengapa kita harus menanti tahun baru, yang justru sebagai umat islam sudah punya tahun baru sendiri, yakni tahun hijriah. boleh jadi dibilang 2 kali kita bertahun baru.
Kita sadari bahwa jangan hanya menanti tahun baru saja sekedar berhalusinasi untuk mencapai keinginan, tanpa ada komit serta konsisten untuk mencapainya.
Menurut saya, lebih baik hari baru daripada tahun baru, terlalu lama jika kita menanti momen tahun baru untuk merestorasi impian² kita yang belum maksimal tergapai.
Kita sebagai manusia, intinya adalah sikap istiqomah. Dengan cara rutin, disiplin, dilakukan terus menerus maka apapun cita-cita yang direncanakan akan terwujud satu demi satu.
Maka dari itu, istiqomah adalah sikap paling luar biasa untuk ditambatkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Dengan begitu rincian impian kita yang sudah tersirat maupun tertulis dapat perlahan terwujud.
Tahun baru jangan ditunggu, jadikan tiap hari adalah hari baru yang siap disambut tiap waktu. Dimana ada perubahan pada sebuah pribadi yang makin baik, senantiasa berbenah, menjadi makin soleh, rajin, arif, cakap, terampil, pintar, bermanfaat bagi orang sekitar, senang berbagi, dan akhlak mulia lainnya.
Semoga kita semakin menjadi pribadi yang tiap hari terbarukan.
By : Ahmad Fajarisma
0 comments:
Posting Komentar